Selasa, 22 November 2011

Psikolinguistik : Bahasa Sebagai Suatu Sistem Kognitif

BAB II
PEMBAHASAN
Bahasa Sebagai Suatu Sistem Kognitif
A.    Model Kognitif
Yang dimaksud dengan (linguistik) model kognitif adalah suatu teori bahasa yang memperhitungkan atau melibatkan fenomena mentalistik seperti pemerolehan bahasa pada anak-anak secara tidak sadar. Pemerolehan bahasa, kata Kiparsky, adalah proses yang dipergunakan oleh anak untuk mencocokkan rangkaian hipotesis atau teori potensial yang amat ruwet dengan ucapan-ucapan orang tuanya sampai dia memilih, berdasarkan suatu takaran penilaian, tata bahasa yang paling baik atau paling sederhana dari bahasa itu. (Bach and Harms, 1968-194).
Dalam proses pemerolehan bahasa itu, si anak memperoleh suatu pandangan yang segar atas fakta-fakta bahasa yang dipelajarinya dengan jalan memperhatikan tata bahasa asli dari orang tuanya beserta pembaharuan-pembaharuan yang telah mereka perbuat, sebagai tata bahasa tunggal. Kemudian si anak membentuk tata bahasa baru yang disederhanakan dengan pembaharuan-pembaharuan miliknya/buatannya sendiri (King ; 1969 :80 – 81).
Teori strategi yang digunakan oleh si anak untuk membentuk suatu tata bahasa yang tepat bagi bahasanya sendiri untuk mempelajari bahasanya berdasarkan suatu sampel yang dibatasi dari data linguistik primer ( Chomsky, 1965 : 25, 30 ).
Ada tiga alasan mengapa penelitian itu penting :
ü  Hal itu memang menarik dan dia berhak untuk meneliti
ü  Hasil penelitian mengenai pemerolehan bahasa dapat memberi bantuan pada aneka ragam masalah pendidikan dan medis, seperti afasia, hambatan bicara, dan perkembangan kognitif.
ü  Selama telaah pemerolehan bahasa dapat memperkuat ataupun tidak memperkuat kategori-kategori kesemestaan yang dipostulatkan/dipatokkan oleh teori-teori dengan suatu dasar mentalis yang eksplisit, jelaslah bahwa fenomena pemerolehan bahasa relevan bagi perkembangan teori linguistik. (Allen and Buren, 1971 : 127).


B.     Bahasa Sebagai Suatu Sistem komunikasi
Dapat dikatakan bahwa hampir semua binatang memiliki beberapa jenis sistem komunikasi. Lebah, misalnya menyatakan lokasi dan banyaknya madu kepada penghuni sarang lainnya dengan cara menari. Jenis ikan memamerkan tingkah laku yang aneh pada masa berpacaran yang juga melibatkan komunikasi dengan menggunakan sejenis tarian. Namun demikian sistem komunikasi yang paling rumit di dalam kerajaan binatang, sudah tentu yang dimiliki oleh manusia, yaitu bahasa. Alat komunikasi manusia yang disebut bahasa ini tentu sangat berlainan dengan alat komunikasi binatang. Bahasa manusia jauh lebih kreatif dan fleksibel dari sistem komunikasi makhluk lainnya. (Cairns and Cairns, 1976 ; 5 ).
Dalam literatur kebahasaan sering kita jumpai batasan atau penjelasan yang menetapkan bahwa Bahasa adalah sistem komunikasi. Sebagai misal, Bloch and Trager mengatakan bahwa “a Language is a system of arbitrary vocal symbols by means of which a social group cooperates” ( Bahasa adalah suatu sistem sistem simbol-simbol bunyi yang arbitrer yang Trager)
Batasan di atas memerlukan sedikit penjelasan antara lain :
ü  Simbol-simbol
Kata simbol-simbol berarti “things that stand for other things” atau “sesuatu yang menyatakan sesuatu yang lain.
ü  Simbol-simbol vokal
Simbol-simbol yang membangun ujaran-ujaran manusia adalah simbol-simbol vokal, yaitu bunyi-bunyi dan urutan bunyi yang dihasilkan oleh kerjasama berbagai organ atau alat tubuh dengan sistem pernapasan.
ü  Simbol-simbol vokal yang arbitrer
Istilah arbitrer yang telah dikemukakan seolah-olah menggambarkan keyakinan itu sebagai “echo-words” ataupun kata-kata gema.
ü  Suatu sistem yang berstruktur dari simbol-simbol yang arbitrer
Walaupun hubungan antara bunyi dan arti ternyata bebas dari setiap suara hatib nurani, logika atau psikologi, namunkerjasama antara bunyi-bunyi itu sendiri, di dalam bahasa tertentu, misalnya saja, setiap bahasa beroperasi dengan sejumlah bunyi dasar yang terbatas (dan ciri-ciri fonetik lainnya seperti tekana kata dan intonasi).


C.    Kreativitas Linguistik
       Kreativitas atau Produktivitas merupakan ciri bahasa yang universal (semesta, sejagad) dan Chomsky selalu menekankan adanya kesemestaan bahasa, universalia bahasa atau “linguistic universals” atau “language universal”. (Silitonga; 1967 :121).
       Kreatifitas linguistik mempunyai empat aspek, yaitu :
ü Keterbatasan ekspresi linguistik
ü Relatif bebas dari pengawasan stimulus
ü Keserasian ujaran dengan keadaan
ü Kesanggupan mencipta kosakata baru. (Cairns and Cairns ; 1967;8)
Pada dasarnya, setiap kita mengucapkan suatu kalimat, kita telah membuat sebuah kalimat baru, kalimat yang berbeda dari sekian banyak kalimat yang telah kita dengar dan ucapkan. Inilah yang disebut kreatif dari bahasa. Dengan kata lain tata bahasa itu hendaknya terdiri atas sekelompok kaidah yang tertentu jumlahnya, tetapi dapat menghasilkan kalimat yang tak terbatas jumlahnya. Hal ini dapat kita bandingkan dengan kemampuan mengalihkan angka.

D.    Kapasitas Takterbatas dengan Cara Tidak Terbatas
     Tujuan untuk menjelaskan keterbatasan bahasa dengan mempergunakan alat sistem kaidah yang terbatas masih agak baru dalam linguistik. Sesungguhnya ide inilah yang membedakan linguistik generatif dari aliran-aliran pemikiran lainnya dalam linguistoik. Publikas pertama yang menekankan pentingnya pandangan inilah karya  Noam Chomsky “sintactic structures”  1157. Buku ini meledakan suatu revolusi dalam linguistik dan psikologiu denbgan menciptakan/mengemukakan suatu pendekatan-pendekatan pada masalah-masalah yang terdapat didalam disiplin-disiplin tersebut yang berbeda secara radikal dari apa kyang telah terlansung sebelumya. (Chairns and Chairns ; 1976 : 11).

E.     Bahasa Khusus dan Bahasa Umum
     Pusat  utama linguistik teoritis adalah pada kapasitas umum bahasa yaitu pada kesemestaan-kesemestaan bahasa atau universalia bahasa seperti lawan atau dipertentangkan dengan pemerian bahasa-bahasa khusus. Dengan demikian, maka tujuan utama linguistik adalah merumuskan suatu teori umum bahasa yang memberi ciri kepada kesemestaan-kesemestaan bahasa. Selama suatu bahasa tertentu menyesuaikan diri kepada prinsip-prinsip umum bahasa, maka kaidah-kaidah yang telaqh diusulkan oleh sang linguis sebagai suatu pemerian sesuatu bahasa haruslah di rumuskan di dalam kerangka yang telah di tetapkan oleh teori umum bahasa.
     Dalam usaha memanfaatkan pandangan kedalam kesemestaan-kesemestaan linguistik, maka linguis haruslah mempunyai pemerian-pemerian beberapa bahasa yang telah tersedia. Para linguis yang menaruh perhatian terhadap pengkarakterisasian suatu teori umum bahasa dan kesemestaan-kesemestaan linguistik akan menaruh perhatian besar atas pemerian bahasa-bahasa khusus terutama sekali bagi apa yang mereka nyatakan sebagai prasarana-prasarana umum bahasa manusia, dan mengenai tipe-tipe struktur liunguistik yang terdapat di dalam bahasa-bahasa khusus, bahasa-bahasa individual. (Chairns and Chairns ; 1976:11-1)

F.     Bahasa dan Kebudayaan
     Ada suatu pendapat yang terkenal dan sangat menarik hati bahwa pandangan dunia suatu masyarakat di tentukan oleh struktur bahasanya. Pendapat ini sering kali di sebut hipotesis Whorf berdasarkan nama penganjur/pendukungnya Benjamin Lee Whorf. Whorf sendiri menyebut ide ini sebagai prinsip relatifitas linguistik. Adapun tesis Whorf mengenai hubunhgan antara bahasaa dan pikiran mencakup hal ini :
ü  Masyarakat-masayarakat linguistik yang berbeda, merasakan dan memahami kenyataan dengan cara yang berbeda.
ü  Bahasa yang di pakai dalam suatu masyarakat membantu untuk membentuk struktur kognitif para individu pemakai bahasa tersebut.
Fakta-fakta bagi masalah pertama ditarik dari suatu perbandingan ciri-ciri leksikal dan struktural berbagai bahasa. Perbandingan linguistik itu sendiri tidak menentukan suatu masalah bahkan membutuhkan psikologis bahan pelengkap.
Masalah kedua tidak di tunjang secara lansung oleh suatu data. Akan tetapi jelas bahwa bahasa dapat di lukiskan sebagai pembentuk pikiran selama ujaran merupakan suatu responsi berpola, yang hanya di pelajari apabila pola-pola kognitif yang memerintah telah di kuasai dengan baik.
Mungkin juga bahwa sturktur leksikal ujaran yang di dengarnya membimbing bayi dalam mengkategorisasikan alam sekitarnya. Sudah barang tentu hal-hal ini membutuhkan penjelajahan/eksplorasi empiris. (Brown ; 1972:254-5)
     Para linguis sejak lama telah mengakui bahwa tidak ada tata bahasa yang rendah mutunya terhadap yang lainnnya dalam hal kapasitas ekspresifnya. Tata bahasa tersebut menemukan/mencapai tingkatan keadekuatan deskriptif kalau dia juga :
ü  Secara cepat mempertanggung jawabkan serta menerangkan intuisi para pemakai seperti yang sesungguhnya dalam suatu tata bahasa tradisional atau tata bahasa yang agak kurang adekuat ; dan
ü  Menetapkan suatu pemerian atau deskripsi struktural bagi setiap kalimat, seperti juga halnya tata bahasa yang tinggi taraf keadekuatannya. (Lyons; 1968:246-247). Dan selanjutnya teori linguistik mencapai tingkatan keadekuatan yang bersifat menjelaskan (ataupun eksplanatory adecuacy) kalau dia dapat memilih tata bahasa yang adekuat secara observasional; jadi pada dasarnya merupakan suatu teori transformasi. (King; 1969:13).

G.    Sistem Komunikasi Linguistik
     Seperangkat kaidah yang serupa itu disebut tata bahasa (atau grammar), yang merupakan teori bagaimana caranya suatu bahasa tertentu menghubungkan bunyi atau arti dan juga merupakan teori mengenai bahasa tersebut. Beberapa orang linguis generatif yakin bahwa suatu tata bahasa terdiri atas tiga komponen utama, masing-masing melukiskan seperangkat kaidah linguistik tertentu, yaitu:
ü  Komponen semantik merupakan komponen pemberian linguistik yang lengkap selain daripada tata bahasa (yang terdiri atas sintaksis dan fonologi) komponen semantik memberikan penjelasan mengenai kemampuan pembicara untuk menentukan arti kalimat-kalimat baru di dalam bahasanya.
ü  Komponen sintaksis salah satu komponen utama tata bahasa di samping komponen fonologi terdiri atas dua jenis kaidah, di samping leksikon. Kaidah-kaidah itu adalah yang menghitung, yang menyebut satu persatu kalimat-kalimat inti (yaitu kaidah-kaidah frase) dan yang menurunkan kalimat-kalimat turunan (yaitu kaidah-kaidah transformasi). Sintaksis menjumlahkan suatu perangkat tali simbol tata bahasa yang tidak terbatas banyaknya, masing-masing dengan pemerian strukturalnya yang tepat.
ü  Komponen fonologi merupakan satu dari dua komponen utama tata bahasa (yang sebuah lagi; komponen sintaksis). Fonologi memetakan setiap tali sintaksis menjadi suatu gambaran ciri-ciri foneytik yang paling terperinci; yaitu menyajikann setuiap kalimat dengan ucapanya. Komponen fonologi tidak berhubungan dengan komponen semantik sesuatu pemerian linguistik selama kedua komponen ini beroperasi secara sendiri-sendiri pada struktur sintaksis.

H.    Tata Bahasa Deskriptif vs Preskriptif
     Tata bahasa dalam pengertian ini merupakan suatu kumpulan pernyataan yang berisi cara-cara yang “benar” dan “diterima” untuk berbiucara dan menulis. Ini disebut tata bahasa dalam usaha-usaha keras seperti penegakkan norma-norma kesusastraan, namun tidak berguna bagi telaah ilmiah bahasa. Sebagai gantinya, linguistik menaruh perhatian kepada tata bahasa yang merupakan deskripsi atau pemerian dari apa yang di yakininya ada dalam beberapa bentuk di dalam pikiran pemakai bahasa yang di perikan. Linguis menaruh perhatian dan berhubungan dengan tata bahasa deskriptif sebagai lawan tata bahasa preskriptif.
     John Lyons dengan yegas menyatakan bahwa linguistik adalah ilmu yang deskriptif, bukan preskriptif. Tugas utama linguis adalahmemerikan atau melukiskan cara orang sebenarnya berbicara (dan menulis) memekai bahasa mereka bukian menentukan bagaimana caranya mereka harus berbicara dan manulis. Dengan perkataan lain linguistik adalah deskriptif, bukan preskriptif atau normatif. (lyons; 1971:43)
     Untuk menjelaskan perbedaan antara perbedaan tata bahasa deskriptif dan preskriptif, mari kita ambil beberapa contoh:
ü  Pisang itu dimakan oleh saya
ü  Pemberian tahu belum di sebarkan
ü  Semangkin tua semangkin susah.
ü  Dia barusan tiba di bandung
ü  Ibu lupa mengirimken uang itu.
ü  (it’s me)
     Para tata bahasawan preskriptif dapat mengatakan dengan tegas ekspresi-ekspresi di atas tidak benar dan akan mencoba mengajar pada siswa mengatakan (sebagai gantinya):
ü  Pisang itu kumakan
ü  Pemberitahuan itu belum di sebarkan
ü  Semakin tua semakin susah.
ü  Dia baru saja tiba di bandung
ü  Ibu lupa mengirimkan uang itu.
ü  (it’s i)
     Para linguis deskriptif sebaliknya menganggap bahwa para pembicara yang memakai ekspresi-ekspresi seperti itu memiliki kaidah-kaidah linguistik yang mendasari produksi kalimat seperti itu. Maka linguis lalu mencoba meryumuskan seperangkat kaidah yang akan merupakan model dari apa yang menurut keyakinannya ada dalam kepala pembicara serupa itu. Dari sudut pandangan linguis, kaidah-kaidah linguistik yang telah di jiwai seseorang, tidak benar dan  juga tidak salah. Tugas linguis hanyalah melukiskan atau memerikannya dengan tepat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar