Selasa, 22 November 2011

tugas Laporan Sosiolinguistik


TUGAS TERSTRUKTUR
ALIH KODE DALAM INTERAKSI DI KELAS B SORE PRODI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA KHUSUSNYA BAHASA SAMBAS
DOSEN                   : AL ASHADI ALIMIN, S.Pd
MATA KULIAH   : SOSIOLINGUISTIK
OLEH
NAMA                    : YULIANTONI
NIM                         : 510900044
PRODI                    : BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
JURUSAN              : BAHASA INDONESIA
KELAS                   : B SORE
SEMESTER           : 4 (GENAP)


 





SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
(STKIP-PGRI) PONTIANAK
2011

KATA PENGANTAR

            Bismillahirrahmanirrahim, Asslamualaikum, Wr. Wb. Alhamdulilah dan puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt, karena atas berkat rahmat dan hidayahnya penulis dapat dengan baik sesuai dengan waktu yang telah di tentukan. Tugas ini berjudul “Alih kode dalam interaksi di kelas b sore prodi bahasa dan sastra Indonesia khususnya bahasa sambas”.
            Terselesaikannya tugas ini tidak luput dari bantuan berbagai pihak yang telah ikhlas dalam memberikan dorongan dan bantuan serta bimbingan kepada penulis sehingga pada kesempatan kali ini penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih kepada:
1.   Prof. Dr. H. Samion AR, M.Pd selaku ketua STKIP PGRI PONTIANAK.
2.   Dr. H. Achmadi, MM selaku ketua prodi Bahasa Dan Sastra Indonesia.
3.   Al ashadi alimin S.Pd selaku dosen pembimbing mata kuliah Sosiolinguistik.
4.   Serta teman-teman yang telah mendukung terselesaikannya makalah penulis ini.
            Dalam menyelesaikan makalah penulis ini, penulis berusaha untuk menyempurnakannya. Namun, penulis menyadari masih terdapat kekurangan-kekurangan yang disebabkan keterbatasan ilmu yang penulis miliki. Tiada gading yang tak retak,tiada ranting yang patah,tiada manusia yang sempurna. Demikian halnya dalam makalah ini,tentunya terdapat pula kekurangan-kekurangan. Sebagai manusia saya menyadari, kekurangan tidak akan lepas dari diri penulis. Oleh karena itu kritik dan saran bersifat konstruktif yang membangun guna perbaikan dan kesempurnaan karya ilmiah ini sangat penulis harapkan.
            Akhir kata penulis berharap semoga makalah penulis ini dapat bermanfaat bagi pembaca maupun pihak-pihak yang membutuhkan. Terima kasih



                                                                                                Pontianak, 14 Juni 2011



                                                                                                            Penulis





BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Apabila manusia (dua orang atau lebih)berkomunikasi, mereka menggunakan alat atau
sistem komunikasi. Alat atau sistem komunikasi utama yang dimiliki manusia dan menjadikannya lebih daripada makhluk lain adalah bahasa. Alat atau sistem komunikasi tersebut, di kalangan linguis, sering juga disebut dengan kode (code) yang dalam pengertian agak luas dapat merujuk ke bahasa, dialek, ragam, atau gaya bahasa. Kemampuan berbahasa dan menggunakan kode adalah salah satu keunggulan manusia dibandingkan dengan makhluk lain (lihat White & Dillingham dan 1973 Wardhaugh 1988). Kenyataan bahwa manusia dalam kehidupan moderen ini mampu menguasai dan berkomunikasi dalam dua bahasa atau lebih sudah menjadi hal yang wajar. Sebagian besar penutur bahasa di dunia ini adalah dwibahasawan dan bahkan anekabahasawan. Dalam berbagai peristiwa bahasa hampir pasti terjadi alihkode atau campur kode karena manusia sering dihadapkan pada pilihan kode setiap kali ia ingin berbicara. Apa yang menyebabkan seseorang beralihkode atau bercampurkode? Kapan dan di mana sajakah alihkode terjadi? Apakah dwibahasawan atau anekabahasawan ‘kehilangan’ bahasa ibu dalam berkomunikasi? Ini adalah sebagian pertanyaan yang menarik dan menantang untuk dijawab sehubungan dengan adanya peristiwa alihkode dan campurkode. Gejala alihkode dan campurkode yang dikenal dalam sosiolinguistik cukup menarik perhatian para peneliti dan ahli bahasa untuk ditelaah dari berbagai segi. Tulisan ini hanya membahas perihal alihkode yang terjadi dalam interaksi di dalam kelas B sore prodi bahasa dan sastra Indonesia.
Menurut Appel (1976: 79) dalam Abdul Chaer dan Leonie Agustina (2004: 107), alih kode adalah gejala peralihan pemakaian bahasa karena berubahnya situasi”. Perubahan situasi tersebut bisa terjadi karena beberapa hal, diantaranya adalah pembicara atau penutur, pendengar atau lawan tutur, perubahan situasi dengan hadirnya orang ketiga, perubahan dari formal ke informal atau sebaliknya, dan perubahan topik pembicaraan. Oleh karena itulah, fishman (1976: 15) dalam Abdul Chaer dan Leonie Agustina (2004: 108) mengatakan bahwa seorang pemakai bahasa itu harus memperhatikan situasi tutur yang berupa “siapa berbicara, dengan bahasa apa, kepada siapa, kapan, dan dengan tujuan apa”. Di bawah ini penulis akan mencontohkan beberapa percakapan yang terjadi dalam masyarakat di lingkungan sekitar penulis. Konsep alih kode mencakup tidak saja peristiwa peralihan bahasa, tetapi juga peristiwa peralihan ragam bahasa atau dialek (Umar, 1993:13).

B.     Masalah penelitian
Berangkat dari uraian latar belakang pemikiran di atas, maka adapun rumusan masalah yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah
1.      Apa yang menyebabkan seseorang beralihkode ?
2.      Apa sajakah faktor yang menyebabkan terjadinya alih kode adalah ?

C.     Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah penelitian, maka tujuan penelitian sebagai berikut.
1.      Pendeskripsian penyebab seseorang beralih kode.
2.      Pendeskripsian factor-faktor yang menyebabkan terjadinya alih kode.

D.    Manfaat Penelitian
Penelitian ini di harapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut.
1.      Hasil penelitian ini di harapkan bisa menjadi bahan pengajaran bahasa di sekolah khususnya tentang alih kode.
2.      Hasil penelitian ini dapat di manfaatkan oleh rekan mahasiswa sebagai bahan bacaan atau referensi untuk memahami teori sosiolinguistik yang berkaitan dengan campur kode, khususnya mahasiswa prodi Bahasa dan Sastra Indonesia.


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Landasan Teori
1.      Konsep alih kode
Konsep dapat mendukung proses berjalannya suatu penelitian.
Menurut KBBI konsep adalah rancangan dasar, ide, pengertian , dan gambaran awal dari objek yang diabstrakkan dari peristiwa konkret dan digunakan untuk memahami hal-hal lain dalam suatu penelitian. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Kridalaksana (2001: 117) mengatakan bahwa konsep adalah gambaran awal dari objek penelitian yang digunakan untuk memahami hal-hal lain dalam suatu penelitian.
Paparan konsep-konsep bisa bersumber dari pendapat para ahli pengalaman peneliti, dokumentasi, dan nalar yang berhubungan dengan masalah yang diteliti (Marlina, 2001:9).
Melihat kenyataan bahwa bangsa Indonesia memiliki bahasa Indonesia dan beragam bahasa daerah, maka di negara Indonesia tidak jarang ditemui orang-orang yang dapat berbahasa lebih dari satu bahasa. Kesanggupan mereka dapat menggunakan lebih dari satu bahasa tersebut disebabkan oleh keinginan mereka untuk saling berkomunikasi antara manusia yang satu dan manusia yang lain, baik di dalam lingkungan interetnis maupun di dalam lingkungan antaretnis.
Kegiatan alih kode dapat terjadi pada setiap penutur bahasa. Kegiatan alih kode yang terjadi pada penutur ekabahasawan, misalnya beralihnya seseorang dari ragam bahasa yang satu keragam bahasa yang lain dalam bahasa yang sama. Kegiatan alih kode yang terjadi pada penutur dwibahasawan, misalnya beralihnya seseorang dari bahasa yang satu kepada bahasa yang lain dalam suatu peristiwa bicara.

2.      Pengertian kode
Istilah kode dipakai untuk menyebut salah satu varian di dalam hierarki kebahasaan, sehingga selain kode yang mengacu kepada bahasa (seperti bahasa Inggris, Belanda, Jepang, Indonesia), juga mengacu kepada variasi bahasa, seperti varian regional (bahasa Jawa dialek Banyuwas, Jogja-Solo, Surabaya), juga varian kelas sosial disebut dialek sosial atau sosiolek (bahasa Jawa halus dan kasar), varian ragam dan gaya dirangkum dalam laras bahasa (gaya sopan, gaya hormat, atau gaya santai), dan varian kegunaan atau register (bahasa pidato, bahasa doa, dan bahasa lawak) Kenyataan seperti di atas menunjukkan bahwa hierarki kebahasaan dimulai dari bahasa/language pada level paling atas disusul dengan kode yang terdiri atas varian, ragam, gaya, dan register. Kode adalah salah satu varian di dalam hierarki kebahasaan yang dipakai dalam berkomunikasi Suwito (dalam Rahardi, 2001:22). Jadi kode merupakan varian bahasa. Konsep alih kode mencakup tidak saja peristiwa peralihan bahasa, tetapi juga peristiwa peralihan ragam bahasa atau dialek (Umar, 1993:13).
3.      Alih kode
Alih kode (code switching) adalah peristiwa peralihan dari satu kode ke kode yang lain. Misalnya penutur menggunakan bahasa Indonesia beralih menggunakan bahasa Jawa. Tetapi banyak ahli bahasa yang berbeda pendapat walaupun dari segi intinya tidak jauh berbeda. Dibawah ini beberapa pendapat para ahli tentang alih kode itu sendiri :
a.       Nababan (1991:6) berpendapat bahwa alih kode terjadi kalau keadaan berbahasa itu menuntut penutur mengganti bahasa atau ragam bahasa yang sedang dipakai. Misalnya, sewaktu kita berbahasa A dengan P datang si Q yang tidak dapat berbahasa A memasuki berbahasa itu.
b.      Hymes (dalam Suwito, 1996:81)mengemukakan bahwa alih kode adalah istilah umum untuk menyebutkan pergantian (peralihan) pemakaian dua bahasa atau lebih, babarapa dari suatau ragam. Paul (1997:71) berpendapat “alih kode pada hakikatnya merupakan pergantian pemakaian bahasa atau dialek”,
c.       Sedang Suwito (1996:80) menyatakan alih kode adalah peristiwa peralihan dari kode yang satu ke kode yang lain.
d.      A Chaedar (1989:66) mengemukakan bahwa alih kode adalah peralihan dari satu dialek ke dialek lainnya.

Masih banyak lagi definisi alih kode yang tidak bisa penulis paparkan di dalam karya ilmiah ini. Namun dari beberapa defenisi diatas masih ada hubungan dari segi intinya. Jadi dapat disimpulkanba alih kode adalah peralihan bahasa, kode atau dialek ke bahasa lainya.
Suwito (1985) membagi alih kode menjadi dua, yaitu 
1.alih kode ekstern bila alih bahasa, seperti dari bahasa Indonesia beralih ke bahasa Inggris atau sebaliknya dan
2. alih kode intern bila alih kode berupa alih varian, seperti dari bahasa Jawa ngoko merubah ke krama.
Beberapa faktor yang menyebabkan alih kode adalah:
1.      Penutur
2.      Mitra Tutur
3.      Hadirnya Penutur Ketiga
4.      Pokok Pembicaraan
5.      Untuk membangkitkan rasa humor
6.      Untuk sekadar bergengsi

B.     DESKRIPSI HASIL PENGAMATAN
Dari uraian di atas tentang alih kode, penulis meneliti kegiatan alih kode yang terjadi di kelas b sore prodi bahasa dan sastra Indonesia dan menaruh mahasiswa yang berasal dai kabupaten Sambas sebagai objek untuk di teliti oleh penulis.
Pada penelitian ini penulis menemukan beberapa hal yang menyebabkan terjadinya peristiwa alih kode dalam lingkungan kelas b sore tersebut, di antaranya Mitra Tutur, Pokok Pembicaraan, Hadirnya Penutur Ketiga.
a.       Mitra tutur
Mitra tutur adalah Pendengar atau lawan tutur dapat menyebabkan terjadinya alih kode. Hal ini terjadi karena si penutur ingin menghormati lawan tuturnya.
Misalnya :
Latar belakang      : di kampus STKIP
Para pembicara      : ardika dan suardi
Topik                     : harga HP nokia
Sebab alih kode     : menghormati suwardi sebagai temannya
Peristiwa tutur       :
Suardi        : berape kau beli hp ni ka ? (berapa kamu membeli hp ini ka ?)
Ardika       : Rp. 100.000 yag, kau minta kawankan ke ? (Rp. 100.000 saja, kamu minta temenin ?).
b.      Pokok pembicaraan
Pokok Pembicaraan atau topik merupakan faktor yang dominan dalam menentukan terjadinya alih kode. Pokok pembicaraan yang bersifat formal biasanya diungkapkan dengan ragam baku, dengan gaya netral dan serius dan pokok pembicaraan yang bersifat informal disampaikan dengan bahasa takbaku, gaya sedikit emosional, dan serba seenaknya. Misalnya,
Latar belakang      : kampus STKIP
Para Pembicara      : ardika dan ardi
Topik                     : diskusi mata kuliah kajian puisi
Sebab alih kode     : sebelum memasuki forum diskusi ardika dan ardi membicarakan tentang masalah pribadi dengan ragam informal.
Peristiwa tutur       :
Ardika                   : wak, kau nakser dangan anak akbid yang di dapan ii ? (ar, kamu lagi naksir ya dengan anak akbid yang di depan itu ?)
Ardi                       : eh, ngade-ngade juak kau tok be. (eh, ada-ada saja kamu ini).
Setelah moderator membuka forum diskusi pembicaraan mereka pun berhenti dan berganti ke ragam formal.
c.       Hadirnya Penutur Ketiga.
Kehadiran orang ketiga atau orang lain yang tidak tahu bahasa yang digunakan oleh penutur dan lawan tutur dapat menyebabkan terjadinya alih kode. Misalnya,
Latar belakang      : kampus STKIP
Para pembicara      : ardi, ardika dan suwardi.
Topik                     : memancing
Sebab alih kode     : hadirnya orang ketiga, yaitu Suwardi yang tidak bisa berbahasa sambas karena sejak kecil hidup di Pontianak.
Peristiwa tutur       :
Ardika       : ar, nak paggi ke isok mincing ke kakap ? (ar, mau ikut nggak besok mincing ke kakap ?)
Ardi           : se’an pancing wak aku. (nggak ada alat pancing ka)
Ardika       : ye ade suwardi wak, sape tau die ade pancing. (itu ada suwardi, siapa tahu dia ada pancing)
Ardi           : suardi, kau ade pancing tag ?
Suwardi     : ade, banyak di rumah. Kalau mau pinjam datang yag kerumah.
Ardi           : ok lah nanti aku kerumah kau ye.
Dari ilustrasi di atas, dapat kita lihat bahwa alih kode terjadi pada saat hadirnya orang ketiga, yaitu Suwardi yang memang sejak kecil sudah hidup di pontianak sehingga dia tidak bisa bahasa sambas. Jika ardika dan ardi tidak beralih kode dari bahasa sambas ke bahasa pontianak, mungkin komunikasi dengan Suwardi tidak akan berjalan lancar karena dia tidak paham dengan bahasa yang digunakan oleh ardika dan ardi.
Dari hasil pengamatan yang telah dipaparkan diatas, penulis menyimpulkan bahwa situasi dan kondisi yang paling berpengaruh dalam terjadinya alih kode.


BAB III
PENUTUP
A.    Simpulan
Bahasa merupakan lambang yang arbriter (mana suka), tetapi konvensional. Sehingga pada praktiknya, manusia dalam menggunakan bahasa selalu menyesuaikan diri sesuai dengan situasi yang ada. Situasi tersebut dapat berupa “siapa berbicara, dengan bahasa apa, kepada siapa, kapan, dan dengan tujuan apa”. Oleh karena itulah, dalam setiap komunikasi antara manusia yang satu dengan manusia yang lain selalu terjadi peristiwa pergantian bahasa yang disebut dengan alih kode. Dari hasil pengamatan yang telah penulis lakukan penulis dapat menyimpulkan bahwa hal yang paling dominan yang mempengaruhi terjadinya alih kode dalam interaksi di kelas b sore prodi bahasa dan sastra Indonesia adalah Mitra Tutur, Pokok Pembicaraan, Hadirnya Penutur Ketiga.
Mitra tutur adalah Pendengar atau lawan tutur dapat menyebabkan terjadinya alih kode. Hal ini terjadi karena si penutur ingin menghormati lawan tuturnya. Pokok Pembicaraan atau topik merupakan faktor yang dominan dalam menentukan terjadinya alih kode. Pokok pembicaraan yang bersifat formal biasanya diungkapkan dengan ragam baku, dengan gaya netral dan serius dan pokok pembicaraan yang bersifat informal disampaikan dengan bahasa takbaku, gaya sedikit emosional, dan serba seenaknya. Kehadiran orang ketiga atau orang lain yang tidak tahu bahasa yang digunakan oleh penutur dan lawan tutur dapat menyebabkan terjadinya alih kode.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar